Selasa, 23 Desember 2014

Laa' Tahzan yaa Akhi: Love Story of Jogjali

Laa' Tahzan yaa Akhi: Love Story of Jogjali: Love, mendengar kalimat itu pasti semua orang merasakan angannya terbang sampai kelangit. Cinta, ya cinta adalah suatu perasaan yang tu...

dibaca ya sobat Google+ rizaumbara.blogspot.com


Love Story of Jogjali



Love, mendengar kalimat itu pasti semua orang merasakan angannya terbang sampai kelangit. Cinta, ya cinta adalah suatu perasaan yang tumbuh dalam proses kasih sayang yang mendalam jika tidak ada sayang rasa cinta tak kan pernah muncul.
 Ku tatap langit biru dari jendela kamarku penuh dengan butiran bulat awan dengan rintihan hujan beku yang disambut nyanyian katak seolah memanggil hujan untuk dirinya, sinar mentari pun bermunculan tandanya raja pagi telah muncul untuk mencerah kan wajah bumi yang kusam setelah tadi malam di guyur hujan badai.
Pagi ini adalah persiapan aku menuju sekolah yang pagi-pagi sekali kami akan berangkat ke jogja bersama satu grup kocak sanggar kami untuk mengikuti lomba yang di bina oleh bunda kami tercinta.” Ibu aku berangkat dulu” kataku sambil mengambil ransel gendut ku. “ jaga kesehatan mu jangan sampai lupa makan dan tidur harus teratur.” Kata ibu ku sambil tersenyum riang walau pun tak rela membiarkan ku pergi jauh-jauh walau hanya beberapa hari, karna aku adalah anak tunggal. Sebelum pergi ibu dan ayah ku memeluk ku penuh kasih sayang dan mencium pipi kanan dan kiri ku sebagai tanda eratnya hubungan kami di keluarga, ku balas dengan mencium tangan hangat kedua orang tua ku sambil mengucapkan salam lalu segera berangkat menuju sekolah. “Peter, teriak teman ku dari kejahuan sanggar. Dia adalah teman ku satu sanggar yang paling dekat dengan ku yang sehari-hari kami selalu bersama bagai dua hati satu jiwa. “lama banget kamu datang.” Kata rendy. “ya, aku masih berpamitan dengan orang tua ku.” Kata ku sambil meletakkan ransel super besar ku di samping kursi dudukku. Di depan pembina sanggar kami berpidato dengan suara yang cukup besar untuk memecah kan kaca jendela di depan ku. Hari ini perasaan ku campur aduk antara sedih dengan senang meninggal kan orang tua ku untuk beberapa hari mendatang, kulihat di pojok kiri seorang wanita yang dulu aku kagumi kecantikan dan kebaikannya sampai sekarang. Bunga namanya, dia adalah seorang wanita yang baik serta cantik yang alami sehingga banyak orang yang ingin menjadi pacarnya termasuk aku.  “ren, bunga ikut juganya ke jogja.” Kata ku sambil tersenyum lebar. ”ya, dia ikut juga dia sebagai penari, emang kenapa peter? “gak, Cuma ingin bertanya kok.” Kupikir jika ku bilang sebenarnya rendi pasti mengejek ku.
Lantunan lagu melayu mengiringi kedatangan kami dengan ratusan para pesaing kami, dengan tatapan wajah yang manis di lihat. Sampai di jogja kami tinggal di dalam sebuah museum benteng yang terkenal di jogja namanya Vredeburg , benteng ini dibangun sebagai pusat pemerintahan dan pertahanah residen belanda kala itu. Benteng ini dikelilingi oleh sebuah parit yang sebagian bekas-bekasnya telah dikonstruksidan dapat dilihat sampai sekarang. Serta benteng ini juga berdiri terkait erat dengan lahirnya kesultanan Yogyakarta. lorong demi lorong kami telusuri dengan satu pemandu museum tersebut. “Nak, sebelum kalian masuk lebih dalam keruangan kalian harus makan bunga melati ini dulu.” Kata pemandu museum tersebut sambil mengambil satu piring bunga melati yang putih dan begitu harum. Ini pemandu museum apa seorang dukun? Kata ku dalam hati sambil makan bunga melati tersebut. Aku tak pernah tahu mengapa pembina sanggar kami men yuruh kami tinggal di museum yang mistis ini. Sampai di kamar, ku lihat kiri dan kanan terdapat lukisan zaman dulu yang agak usang dengan debu yang begitu tebal. “Ren, kamarnya megan sebelah mana sih?
“Bunganya, eaaaaaa sebelah mana yaa. Sambil tersenyum memegang kepala.
“kenapa kamu tersenyum?
“Dari tadi ku perhatikan kamu selalu melirik ke megan, jangan-jangan kamu suka dia?
“Bukan suka, tapi Cuma kagum.” Kataku, sambil mengalihkan perhatian ke tembok.
”Sudahlah, aku pergi keluar dulu cari angin.”
Belaian angin malam yang menerpa tubuh, hitamnya langit yang dihiasi para bintang. Malam itu tak disengaja aku bertemu dengan bunga. Malam yang sungguh indah bagiku kami bersama melewatkam malam itu bersama, makan, duduk berbincang-bincang di trotoar sambil ditemaninya alunan musik ciptaan ungu yang berjudul saat bahagia.”saat bahagiaku duduk berdua denganmu, hanyalah bersamamu..” pulang bersama menggunakan sepeda becak yang  menuju asrama sanggar kami . Malam itu adalah malam yang tak terlupakann bagiku malam yang sangat bersejarah bagi kehidupanku, saatnya bagiku untuk menyatakan bahwa aku sayang dia.  Namun saat ketika aku mulai, dari kejahuan deny datang menghampiri.
                “Bunga hari ini sudah malam, besok kita tampil, istirahat dulu.”
                “iya kak” kata bunga sambil bergegas pergi .
Tanpa sepatah katapun bunga meninggalkan ku, tak disengaja dia menjatuhkan diarynya dengan terbukanya halaman pertama yang bertuliskan “ My Love Deny, 28/06/14”.
Bagiku tulisan itu cukup membuat hatiku hancur, malam itu juga malam yang terburuk dalam kehidupanku sebab alur cerita yang tadi malam berubah dari ending yang indah menuju ending yang hancur, setahuku  bunga belum punya pacar, tapi tulisan itu cukup menyakinkan bahwa bunga suka pada deny.
© Riza Ashman 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis