Laa' Tahzan yaa Akhi: Love Story of Jogjali: Love, mendengar kalimat itu pasti semua orang merasakan angannya terbang sampai kelangit. Cinta, ya cinta adalah suatu perasaan yang tu...
dibaca ya sobat Google+ rizaumbara.blogspot.com
Selasa, 23 Desember 2014
Love Story of Jogjali
Love, mendengar kalimat itu pasti
semua orang merasakan angannya terbang sampai kelangit. Cinta, ya cinta adalah
suatu perasaan yang tumbuh dalam proses kasih sayang yang mendalam jika tidak
ada sayang rasa cinta tak kan pernah muncul.
Ku tatap langit biru dari jendela kamarku
penuh dengan butiran bulat awan dengan rintihan hujan beku yang disambut
nyanyian katak seolah memanggil hujan untuk dirinya, sinar mentari pun
bermunculan tandanya raja pagi telah muncul untuk mencerah kan wajah bumi yang
kusam setelah tadi malam di guyur hujan badai.
Pagi ini adalah persiapan aku
menuju sekolah yang pagi-pagi sekali kami akan berangkat ke jogja bersama satu
grup kocak sanggar kami untuk mengikuti lomba yang di bina oleh bunda kami
tercinta.” Ibu aku berangkat dulu” kataku sambil mengambil ransel gendut ku. “
jaga kesehatan mu jangan sampai lupa makan dan tidur harus teratur.” Kata ibu
ku sambil tersenyum riang walau pun tak rela membiarkan ku pergi jauh-jauh
walau hanya beberapa hari, karna aku adalah anak tunggal. Sebelum pergi ibu dan
ayah ku memeluk ku penuh kasih sayang dan mencium pipi kanan dan kiri ku
sebagai tanda eratnya hubungan kami di keluarga, ku balas dengan mencium tangan
hangat kedua orang tua ku sambil mengucapkan salam lalu segera berangkat menuju
sekolah. “Peter, teriak teman ku dari kejahuan sanggar. Dia adalah teman ku
satu sanggar yang paling dekat dengan ku yang sehari-hari kami selalu bersama
bagai dua hati satu jiwa. “lama banget kamu datang.” Kata rendy. “ya, aku masih
berpamitan dengan orang tua ku.” Kata ku sambil meletakkan ransel super besar
ku di samping kursi dudukku. Di depan pembina sanggar kami berpidato dengan
suara yang cukup besar untuk memecah kan kaca jendela di depan ku. Hari ini
perasaan ku campur aduk antara sedih dengan senang meninggal kan orang tua ku
untuk beberapa hari mendatang, kulihat di pojok kiri seorang wanita yang dulu
aku kagumi kecantikan dan kebaikannya sampai sekarang. Bunga namanya, dia
adalah seorang wanita yang baik serta cantik yang alami sehingga banyak orang
yang ingin menjadi pacarnya termasuk aku.
“ren, bunga ikut juganya ke jogja.” Kata ku sambil tersenyum lebar. ”ya,
dia ikut juga dia sebagai penari, emang kenapa peter? “gak, Cuma ingin bertanya
kok.” Kupikir jika ku bilang sebenarnya rendi pasti mengejek ku.
Lantunan lagu melayu mengiringi
kedatangan kami dengan ratusan para pesaing kami, dengan tatapan wajah yang
manis di lihat. Sampai di jogja kami tinggal di dalam sebuah museum benteng
yang terkenal di jogja namanya Vredeburg , benteng ini dibangun sebagai pusat
pemerintahan dan pertahanah residen belanda kala itu. Benteng ini dikelilingi
oleh sebuah parit yang sebagian bekas-bekasnya telah dikonstruksidan dapat
dilihat sampai sekarang. Serta benteng ini juga berdiri terkait erat dengan
lahirnya kesultanan Yogyakarta. lorong demi lorong kami telusuri dengan satu
pemandu museum tersebut. “Nak, sebelum kalian masuk lebih dalam keruangan
kalian harus makan bunga melati ini dulu.” Kata pemandu museum tersebut sambil
mengambil satu piring bunga melati yang putih dan begitu harum. Ini pemandu
museum apa seorang dukun? Kata ku dalam hati sambil makan bunga melati
tersebut. Aku tak pernah tahu mengapa pembina sanggar kami men yuruh kami
tinggal di museum yang mistis ini. Sampai di kamar, ku lihat kiri dan kanan
terdapat lukisan zaman dulu yang agak usang dengan debu yang begitu tebal.
“Ren, kamarnya megan sebelah mana sih?
“Bunganya, eaaaaaa sebelah mana
yaa. Sambil tersenyum memegang kepala.
“kenapa kamu tersenyum?
“Dari tadi ku perhatikan kamu
selalu melirik ke megan, jangan-jangan kamu suka dia?
“Bukan suka, tapi Cuma kagum.”
Kataku, sambil mengalihkan perhatian ke tembok.
”Sudahlah, aku pergi keluar dulu
cari angin.”
Belaian angin malam yang menerpa tubuh, hitamnya langit yang
dihiasi para bintang. Malam itu tak disengaja aku bertemu dengan bunga. Malam
yang sungguh indah bagiku kami bersama melewatkam malam itu bersama, makan,
duduk berbincang-bincang di trotoar sambil ditemaninya alunan musik ciptaan
ungu yang berjudul saat bahagia.”saat bahagiaku duduk berdua denganmu, hanyalah
bersamamu..” pulang bersama menggunakan sepeda becak yang menuju asrama sanggar kami . Malam itu adalah
malam yang tak terlupakann bagiku malam yang sangat bersejarah bagi
kehidupanku, saatnya bagiku untuk menyatakan bahwa aku sayang dia. Namun saat ketika aku mulai, dari kejahuan
deny datang menghampiri.
“Bunga
hari ini sudah malam, besok kita tampil, istirahat dulu.”
“iya
kak” kata bunga sambil bergegas pergi .
Tanpa sepatah katapun bunga meninggalkan ku, tak disengaja
dia menjatuhkan diarynya dengan terbukanya halaman pertama yang bertuliskan “
My Love Deny, 28/06/14”.
Bagiku tulisan itu cukup membuat
hatiku hancur, malam itu juga malam yang terburuk dalam kehidupanku sebab alur
cerita yang tadi malam berubah dari ending yang indah menuju ending yang hancur,
setahuku bunga belum punya pacar, tapi
tulisan itu cukup menyakinkan bahwa bunga suka pada deny.
Langganan:
Postingan (Atom)